Kategori
Bisnis

Setelah Denda Alibaba, Tiongkok Beri Peringatan untuk Sektor Teknologi

Setelah Denda Alibaba, Tiongkok Beri Peringatan untuk Sektor Teknologi

Di lansir dari lamarieeenfolie.com, regulator Tiongkok, Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar (SAMR), memanggil puluhan pimpinan perusahaan teknologi negara pada Selasa (13/4/2021), beberapa hari setelah menjatuhkan denda senilai 2,8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp39,2 triliun pada Alibaba.

Eksekutif dari perusahaan-perusahaan di undang untuk membahas masalah perilaku antitrust dan di tujukan agar setiap perusahaan memperhatikan peringatan dari kasus Alibaba dan menghentikan perilaku anti-persaingan dan perilaku ilegal lainnya, kata regulator.

Di kutip dari IDN Poker APK, “Perusahaan platform internet harus mengindahkan dan menghormati aturan,” katanya.

1. Ada 34 perusahaan yang di undang

Dalam kesempatan itu, SAMR bersama dengan Cyberspace Administration (CAC) dan Administrasi Perpajakan Negara (STA), bertemu dengan eksekutif dari 34 perusahaan internet.

Eksekutif perusahaan yang terlibat termasuk dari Alibaba, Tencent dan ByteDance, kata SAMR dalam sebuah pernyataan. Selain itu ada JD.com, Pinduoduo, Baidu, Meituan, Didi, NetEase, iQIYI dan Kuaishou.

2. Denda terhadap Alibaba

Pada Sabtu lalu, SAMR menjatuhkan denda sebesar 18,28 miliar yuan (2,8 miliar dolar AS) pada Alibaba yang di dirikan miliarder Jack Ma. Denda itu di jatuhkan karena pemerintah menemukan perusahaan belanja online tersebut menerapkan “perjanjian transaksi eksklusif” yang mencegah pedagang melakukan penjualan di platform saingan.

Dua hari kemudian, regulator keuangan memerintahkan Ant Group, perusahaan teknologi keuangan milik Ma, untuk merombak operasinya dan menjadi perusahaan induk keuangan yang di awasi oleh bank sentral. Itu berarti afiliasi Alibaba harus mengikuti aturan yang serupa dengan yang di terapkan pada bank tradisional Tiongkok dan mengurangi aspirasinya untuk menjadi kekuatan dominan di dunia teknologi.

3. Prioritas Presiden Xi Jinping

Tiongkok telah memperketat aturan pada perusahaan teknologi besarnya dalam beberapa bulan terakhir. Langkah ini merupakan bagian dari tindakan keras peraturan pemerintah. Yang di sebut Presiden Xi Jinping sebagai salah satu prioritas utama negara pada 2021.

Bulan lalu, Xi telah mendesak para pejabat untuk meningkatkan upaya mereka untuk mengatur perusahaan online untuk menjaga stabilitas sosial.

Pada selasa, para regulator berjanji untuk menindak berbagai praktik, seperti menyalahgunakan posisi pasar yang dominan. Menetapkan harga yang rendah secara artifisial untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar dalam “pembelian kelompok masyarakat”. Menggunakan data besar untuk menetapkan harga yang berbeda kepada konsumen, kebocoran informasi, dan aktivitas terkait pajak ilegal.

Secara khusus, perusahaan harus mengambil tindakan pencegahan yang ketat terhadaplima perilaku. Termasuk ekspansi modal yang tidak teratur, memonopoli pasar, menghambat inovasi teknologi oleh pesaing. Menyalahgunakan algoritme internet, dan menutup ekosistem digital mereka untuk pihak lain.

“Regulator mewajibkan perusahaan untuk melakukan inspeksi mereka sendiri dalam waktu satu bulan, memperbaiki segala kekurangan, dan membuat pernyataan kepatuhan publik. Pejabat akan terus melacak perilaku perusahaan. Dan siapa pun yang terbukti melanggar aturan akan di kenakan hukuman berat,” kata SAMR, mengutip CNN.

Kategori
Bisnis

Sri Mulyani: Unilever Bisa Kuatkan Industri Halal Indonesia

Sri Mulyani: Unilever Bisa Kuatkan Industri Halal Indonesia

Di lansir dari lamarieeenfolie.com, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa, pentingnya ekosistem industri halal dalam penguatan ekonomi syariah yang ada di Indonesia.

Maka dari itu, lanjut Sri Mulyani menyambut baik setiap inisiatif dari dunia usaha untuk membentuk ekosistem tersebut. Salah satunya adalah upaya PT Unilever Indonesia Tbk yang membentuk Unilever Muslim Center of Excellence.

Di kutip dari odiseacosmica.com, “Ini merupakan sebuah inisiatif dari industri yang sangat positif di dalam rangka untuk memperkuat ekosistem dari industri halal di Indonesia. Dan memperkuat kemampuan serta kapasitas dari industri termasuk industri kecil menengah. Dalam hal ntuk memproduksi produk-produk yang sesuai dengan preferensi kelompok muslim,” jelas Sri Mulyani, dalam konferensi media bersama Unilever secara virtual, Kamis (8/4/2021).

1. Mendukung Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah di dunia

Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa, Unilever Muslim Center of Excellence yang di bentuk oleh Unilever Indonesia bekerja sama dengan Komite Nasional Keuangan dan Ekonomi Syariah (KNKES) dapat mendukung pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

“Sejalan juga dengan upaya pemerintah mewujudkan visi Indonesia maju sebagai pusat ekonomi syariah dunia. Saya menghargai komitmen dan juga keseriusan PT Unilever Indonesia Tbk. Dalam hal melahirkan produk-produk yang sesuai dengan nilai-nilai yang di percaya oleh umat muslim, yaitu produk halal,” tutur beliau.

Keterlibatan Unilever Indonesia tersebut di yakini oleh beliau dapat menjadi dorongan bagi industri halal Indonesia. Di harapkan agar hal ini ke depannya bisa lebih mengambil peran dalam kancah global.

Pasalnya, pada 2019 silam, produk-produk makanan, farmasi, kosmetik, dan fashion menghasilkan hingga 2,02 triliun dolar Amerika Serikat (AS) secara global. Produk-produk tersebut juga merupakan andalan dari Unilever.

“Ini juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,2 persen. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi di bandingkan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019, sebelum terjadinya COVID-19, yaitu sebesar 2,3 persen. Hal ini menggambarkan potensi dari pasar produk-produk halal yang di minati oleh banyak konsumen di seluruh dunia,” ungkap Sri Mulyani.

2. Potensi Indonesia yang begitu besar dalam industri halal

Berkaitan dengan hal tersebut, Sri Mulyani melihat bahwa ada kesempatan yang bisa di ambil oleh Unilever Indonesia. Dan KNEKS melalui Unilever Muslim Center of Exellent bagi Indonesia.

Terlebih, lanjut Sri Mulyani, Indonesia yang merupakan negara dengan perekonomian besar dan menjadi anggota G20. Serta memiliki populasi muslim terbesar di dunia memiliki potensi menjadi pemain besar dalam industri halal global.

“Saya berharap KNEKS mengembangkan ekosistem industri halal di Indonesia dengan dunia usaha. Dan terutama pada hari ini dengan PT Unilever yang merupakan produsen yang sangat di kenal produk-produknya secara luas oleh masyarakat. Tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di dunia,” terang dia.